Jumat, 21 Juni 2013

Tulisan Softskill 2


NUR HIKMAH
25211309
2EB19
AYAH
Inilah kisah termulai 8 tahun silam, sosokku tumbuh menjelang remaja. Pada saat itu aku berkedudukan sebagai seorang pelajar sekolah dasar akhir menuju sekolah menengah pertama. Masa-masa itu berada dalam situasi diterima di SLTP negeri atau SLTP swasta. Namun terjawab sudah diriku belum menjadi seseorang yang beruntung untuk dapat menuntut ilmu di SLTP negeri. Pasti wajar saat itu aku berada dalam kondisi jatuh dan terambang dalam kesedihan. Hanya sosok-sosok kegelapan yang menyelimuti diriku, tapi semua itu hanya sekejap mata berubah menjadi lautan kebahagiaan.
 Lautan kebahagiaan itu muncul timbulnya sesosok cahaya terang bagai bintang yang selalu menghiasi gelapnya malam. Cahaya terang itu adalah Ayahku. Sosok beliau yang dating menyemangatiku dan menghapus semua kesedihanku saat aku kehilangan arah. Beliau selalu mendukung apa yang ingin dilakukan anak-anaknya. Itu semua tidak aneh untukku karena sejak aku terlahir hingga sebesar ini aku masih tetap bergantung dan teramat dekat dengannya, walau cekcok antara kita sereing menghampiri.
Amarah dan teguran beliau acuh ku dengarkan karena sesungguhnya itu terjadi karena beliau merasa lelah hingga akhirnya semua itu terjadi. Namun hati kecilku yakin itu semua tidak berarti apa-apa untukku karena sesungguhnya aku tahu dan aku yakin, ayah selalu sayang terhadapku dan keluargaku disaat kondisi apapun terjadi dikehidupan keluarga kami. Terkadang amarah itupun muncul saat beliau menjadi penyebabnya, tapi itu semua musnah ketika aku ingat setiap jerih payah dan usaha beliau yang begitu keras untuk menafkahi keluarganya untuk menuju kebahagiaan. Keringat yang diteteskannya menjadi sebuah berlian-berlian kesempurnaan yang membuat aku selalu ingat dan selalu tetap sayang kepada ayah. Seringkali aku berharap aku ingin selalu tetap bersama ayah dalam waktu yang lama yang tiada akhirnya. Namun, aku sadar itu semua tidak bias aku dapatkan seutuhnya.
            Tapi satu hal yang paling penting untukku adalah Senyummu Ayah. Untuk masa lalu, saat ini dan masa-masa yang akan dating untuk seterusnya aku akan tetap mengatakan “Aku Sayang Ayah Selamanya”.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar